SEMINAR SANTRI BELA NEGARA, BUPATI : SANTRI BELUM TENTU KYAI
- 06 October 2016 14:00
- Heri S
- Kegiatan Bupati dan Wakil Bupati,
- 557
Tubankab – Menjelang Hari Santri Nasional 22 Oktober mendatang, sedikitnya 1000 utadz/ustadzah TPQ dan Madrasah Diniyah, serta Pengurus Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kabupaten Tuban menggelar Seminar Santri Bela Negara yang dihelat di Pendopo Krido Manunggal Kabupaten Tuban, Kamis (06/10).
Kegiatan dengan tema ”Peningkatan Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa” ini masih dalam rangkaian “Festival Muharrom Tuban Bumi Wali” Tahun Baru 1438 Hijriyah, sesuai dengan arahan dari Bupati Tuban H. Fathul Huda.
Ir. Hery Prasetyo, M.M, selaku ketua panitia dalam sambutannya Kamis (06/10) menyampaikan, tujuan acara ini untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dalam rangka meningkatkan rasa cinta tanah air, bangsa dan negara, serta meningkatkan nilai–nilai ketaqwaan kepada Allah SWT.
“Selain itu acara ini untuk menyambung tali silaturrahmi dengan masyarakat Kabupaten Tuban khususnya para santri,” ungkap ketua panitia yang juga sebagai Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kabupaten Tuban ini.
Sementara itu, Bupati Tuban H. Fathul Huda dalam sambutannya mengatakan, ‘santri belum tentu kyai, tapi kyai pasti pernah santri’. Sebab secara khusus yang disebut santri adalah orang yang sudah pernah merasakan “nyantri” di pondok pesantren (Ponpes).
“Sejak berlakunya Keputusan Presiden 2015 tentang ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, maka harus ada perkembangan dan peningkatan,” harapnya.
Menurut Bupati, peran santri dan kyai 71 tahun yang lalu juga berperan banyak dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, bukan cuma harta tetapi nyawa juga telah dikorbankan demi meraih kemerdekaan. Maka dari itu, santri bela negara wajib adanya.
Bupati melanjutkan, santri pada saat ini sudah banyak pada puncak karirnya, mulai dari menteri, anggota DPR, kepala daerah, rektor atau dosen, dan juga sudah sangat mewarnai di berbagai unsur. Namun, menurutnya sangat ironis ketika banyak santri yang sudah terjun ke dunia terapan, banyak yang lupa santrinya. (nul/hei)