Foto : Sika saat jadi Runner Up Duta Ekonomi Kreatif Jatim. (ist)

Sahasika Nazwa Azzahra Mampu Bawa Tuban ke Panggung Ekonomi Kreatif Jatim

  • 13 June 2025 15:21
  • Yolency
  • Umum,
  • 222

Tubankab – Di balik langkah anggun seorang remaja bernama Sahasika Nazwa Azzahra, tersimpan semangat besar untuk mengangkat potensi lokal ke pentas yang lebih luas. Siswi kelas XI SMA Negeri 2 Tuban ini mencatatkan prestasi membanggakan sebagai runner up 2 sekaligus Top 6 Best Advokasi Duta Ekonomi Kreatif Jawa Timur 2025, Senin (12/05) di auditorium Poltekkes Kemenkes Surabaya, dengan membawa misi mulia: mengembangkan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.

Dikenal dengan sapaan akrab Sika, ia bukan hanya aktif di dunia akademik, tapi juga terlibat aktif di Paguyuban Putra Putri Batik Tuban serta dikenal sebagai model dan muse berbagai brand lokal. Ketertarikannya pada dunia ekonomi kreatif tumbuh dari lingkungannya yang kaya akan budaya, kuliner, dan kerajinan lokal.

“Saya tumbuh di lingkungan yang penuh potensi. Dari situ saya sadar bahwa kreativitas bisa menjadi penggerak ekonomi. Saya ingin membuktikan bahwa anak muda juga bisa jadi bagian penting dari pembangunan daerah,” ungkapnya dengan penuh semangat saat dikonfirmasi reporter Tubankab, Jumat (13/06).

Dalam ajang Duta Ekonomi Kreatif Jatim 2025, Sika melalui berbagai tahapan seleksi ketat, mulai dari administrasi, wawancara, penampilan bakat, presentasi gagasan, hingga boot camp pengembangan kapasitas. Salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika memperkenalkan jajanan khas Tuban, ampo, kepada dewan juri — yang disambut dengan antusias.

“Rasanya bangga sekali bisa memperkenalkan cemilan legendaris dari kampung halaman di depan banyak orang hebat. Bahkan saya juga sempat memperkenalkan kare rajungan, yang menjadi ikon kuliner Tuban,” cerita Sika.

Prestasi Sika tidak datang secara instan. Sebelumnya, ia telah aktif dalam lomba public speaking, Duta Koperasi, serta kegiatan kewirausahaan yang mempertemukannya dengan berbagai tokoh UMKM, termasuk dari Yayasan Batik “Sekar Kawung” di Yogyakarta. Pengalaman tersebut menjadi bekal penting saat harus menyusun ide dan presentasi selama lomba.

Kini, setelah berhasil membawa nama Tuban ke level provinsi, Sika memiliki rencana yang tidak kalah besar : membangun ruang diskusi dan edukasi kreatif untuk remaja. Ia ingin menjembatani pelaku UMKM lokal dengan generasi muda agar terbentuk ekosistem ekonomi kreatif yang kolaboratif dan berkelanjutan.

“Saya ingin membangun program kecil untuk edukasi ekonomi kreatif di sekolah-sekolah. Anak-anak muda butuh ruang, bukan hanya pujian,” tegasnya.

Sika juga menitipkan harapan kepada pemerintah untuk semakin memberi ruang partisipatif kepada anak muda dalam merancang dan menjalankan kebijakan ekonomi kreatif. Tak lupa, ia mengajak komunitas untuk terbuka terhadap ide-ide baru dari generasi muda.

Ketika ditanya siapa yang paling berjasa dalam perjalanan ini, Sika menyebut keluarga, terutama kedua orang tuanya dan sang kakak, Naufal Maghrobi, sebagai pilar utama. Tak ketinggalan dukungan dari mentor, Tri Rahmat Subagio, rekan-rekan Putra Putri Batik Tuban dan teman-teman di sekolah.

 “Ini bukan hanya prestasi saya. Ini hasil dari banyak hati yang percaya dan mendampingi saya sejak awal,” ucapnya penuh rasa syukur.

Satu kalimat yang mewakili perjalanan ini bagi Sika adalah:

“Satu langkah kecil yang membuka banyak pintu besar.”

Kisah Sika menjadi inspirasi bahwa anak muda bisa menjadi agen perubahan jika diberi ruang untuk berkembang. Ia membuktikan bahwa ekonomi kreatif bukan hanya soal produk, tapi tentang mencintai dan memajukan daerah sendiri dengan cara yang kreatif dan berdampak. (dadang bs/hei)

comments powered by Disqus