Foto : Zebi Fagiyanti. (ist)

Zebi Fagiyanti dan Jalan Panjang Menari : Dari Gagal Jadi Polwan, Menuju Panggung Seni Tradisi

  • 30 April 2025 10:01
  • Yolency
  • Umum,
  • 18

Tubankab — Setiap gerakan memiliki makna. Setiap langkah adalah cerita. Bagi Zebi Fagiyanti, tari bukan hanya soal hobi masa kecil, tapi telah menjadi jalan hidup. Di momen peringatan Hari Tari Sedunia  2025, kisah Zebi menjadi cermin nyata bagaimana seni tari bisa mengubah arah hidup dan menjadikannya lebih bermakna.

Perempuan yang akrab disapa Zebi ini kini aktif sebagai staf non-PNS di bidang kebudayaan, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kabupaten Tuban. Di balik rutinitas kerjanya, Zebi tetap menjadi pribadi yang menyatu dengan dunia seni, khususnya tari tradisional—cinta lama yang tumbuh sejak ia masih duduk di bangku TK.

“Saya suka nonton video tari sejak kecil. Lalu waktu TK ikut ekskul tari dan sejak itu nggak bisa lepas dari dunia tari,” ungkapnya mengenang awal mula perjalanan panjangnya, Rabu (30/04).

Namun, hidup tak selalu lurus seperti koreografi tari yang indah. Setelah lulus SMA, Zebi justru tak berniat kuliah seni. Cita-citanya saat itu: menjadi polisi wanita (polwan). Tapi saat tes pantukhir daerah, ia gagal. “Saya merasa hancur waktu itu, tapi karena tak ingin diam, saya masuk ke Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya sambil menunggu tahun depan mendaftar lagi,” tuturnya.

Tak disangka, justru di kampus seni itulah Zebi menemukan kembali jati dirinya. Dunia tari yang pernah ia nikmati sebagai anak-anak, kembali memeluknya hangat. "Dari situ saya sadar, ini dunia saya. Saya nyaman di sini. Saya hidup untuk tari, dan tari menghidupi saya."

Empat tahun berlalu. Ia lulus sebagai Sarjana Seni pada 2020—masa sulit ketika pandemi melanda dan pekerjaan terasa langka. Tapi Zebi tak berhenti. Ia mengikuti ajang Putra Putri Tari Jawa Timur 2021, mewakili Kabupaten Tuban. Hasilnya? Masuk top 5 dan meraih gelar Putri Tari Jawa Timur Favorite 2021.

Kini, Zebi tergabung dalam Ikatan Putra Putri Jawa Timur dan komunitas Sembrani Art Community, dua ruang yang terus ia isi dengan kontribusi dan inspirasi.

Namun, sebagai pelaku seni, ia menyadari tantangan besar: budaya luar yang semakin mendominasi perhatian generasi muda. “Minat terhadap tari tradisi semakin menurun. Maka tugas kita menginspirasi lewat media sosial, membuat tari tradisi tampil menarik, relatable, dan mudah diakses,” ujarnya. Menurutnya, tari bukan penghalang dalam karier, justru jembatan untuk mengenal jati diri dan menghidupi kehidupan dengan penuh cinta.

Zebi juga menyuarakan harapan kepada masyarakat agar lebih bangga dan peduli terhadap seni tari. Kepada para pemuda, ia berpesan agar terus mau belajar dan mencintai warisan budaya. Dan kepada pemerintah, ia mengajak untuk lebih aktif memberi ruang, fasilitas, dan dukungan bagi para seniman.

“Menari bukan sekadar menggerakkan tubuh. Setiap gerak memiliki keindahan. Dan saya bangga menjadi seorang penari,” pungkasnya. (dadang bs/hei)

comments powered by Disqus