Mohammad Choirul Fahmi, Suara Tegas Generasi Muda dalam Perang Melawan Narkoba
- 10 July 2025 18:45
- Heri S
- Umum,
- 38
Tubankab — Berkarakter tenang namun penuh gagasan, Mohammad Choirul Fahmi tampil mencuri perhatian di malam grand final Pemilihan Duta Anti-Narkoba Kabupaten Tuban 2025. Siswa kelas XII SMAN 1 Tuban ini akhirnya dinobatkan sebagai Juara 1 Duta Anti-Narkoba kategori putra, mengukuhkan perannya sebagai representasi anak muda Tuban yang peduli dan aktif dalam gerakan P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba).
“Rasanya luar biasa. Semua proses, dari pembekalan hingga karantina yang begitu intens, akhirnya terbayar. Saya bangga bisa berdiri di titik ini dan membawa misi besar untuk generasi saya,” ungkap Fahmi. Kamis (10/07).
Ia tak sekadar hadir untuk mengikuti ajang, tetapi membawa visi yang jelas. Menurutnya, meskipun Kabupaten Tuban memiliki indeks penyalahgunaan narkoba yang tergolong rendah, justru itulah yang menjadi tanggung jawab besar untuk terus dijaga. “Saya ingin membawa sebuah gebrakan dan inovasi agar pencegahan ini tidak hanya formalitas, tapi membumi dan berdampak nyata,” ujarnya.
Ketertarikan Fahmi terhadap isu sosial sudah tumbuh sejak lama. Ia aktif sebagai relawan, mencintai seni suara, dan tak asing dengan ajang serupa. Sebelumnya, ia telah menjadi finalis Putra Putri Batik Tuban dan juga Duta Pelajar Anti-Korupsi Provinsi Jawa Timur. Baginya, semua itu adalah proses pembentukan karakter. “Orang tua saya selalu berpesan, sekecil apa pun langkah kita, jika niatnya baik dan disertai doa, pasti ada jalannya,” kata Fahmi yang lahir dari pasangan guru, Choerul dan Lilis.
Di balik pencapaiannya, Fahmi mengakui perjalanan menuju panggung utama bukan perkara mudah. Tugas-tugas karantina yang padat, tuntutan penampilan publik, hingga manajemen waktu antara sekolah dan seleksi membuatnya harus benar-benar disiplin. “Saya atur semuanya lewat to-do list harian dan journaling. Itu cara saya tetap fokus dan nggak kelabakan,” tuturnya.
Yang membuat Fahmi menonjol di mata dewan juri adalah kemampuan membaca peluang melalui ide program kerja. Ia menggagas Peratik—Pemberdayaan Remaja Tindas Narkotik, sebuah platform edukasi berbasis digital dan kolaboratif yang akan dikembangkan dalam bentuk webinar, sosialisasi, dan podcast.
“Peratik bukan sekadar program, tapi bentuk ajakan nyata. Saya ingin menyentuh teman-teman sebaya secara emosional terlebih dulu, lalu memotivasi mereka untuk jadi bagian dari komunitas anti-narkoba,” terang Fahmi dengan mantap.
Menjadi Duta Anti-Narkoba, menurut Fahmi, bukan hanya tugas seremonial. Ia memaknai peran ini sebagai simbol solidaritas dan pelopor kesadaran publik. “Generasi muda harus jadi barisan terdepan. Kita bukan hanya objek, tapi subjek yang punya daya ubah,” katanya.
Setelah penobatan, Fahmi kini tengah bersiap menghadiri berbagai agenda resmi, termasuk sosialisasi di sekolah-sekolah saat MPLS serta keterlibatannya dalam pengembangan gerakan pemuda anti-narkoba di bawah koordinasi BNNK Tuban.
Di balik aktivitasnya yang padat, Fahmi tetap memelihara mimpi besar: menjadi seorang dokter atau diplomat yang berkiprah di organisasi internasional seperti WHO. “Saya ingin tetap berada di jalur pengabdian, baik dalam kesehatan maupun diplomasi sosial,” ucapnya.
Ia pun menutup dengan pesan sederhana namun kuat. “Jauhi narkoba. Narkoba wes ora zamane. Mari kita jaga diri, saling menguatkan, dan jadikan generasi kita sebagai agen perubahan untuk Indonesia Emas 2045,” tegasnya. (dadang bs/hei)