Foto : Museum Kambang Putih Tuban. (ist)

“Suasapa di Museum” : Menghidupkan Warisan Budaya Tuban Lewat Secangkir Kopi dan Cerita

  • 30 April 2025 13:46
  • Yolency
  • Umum,
  • 15

Tubankab — Museum bukan lagi tempat yang sunyi dan penuh debu sejarah. Di tangan komunitas kreatif TANNA Coffee & Concept Store, museum justru menjelma menjadi ruang hidup yang hangat, penuh cerita, dan menyuguhkan aroma kopi yang membangkitkan semangat kolaborasi. Inilah yang diwujudkan dalam program bertajuk "Suasapa di Museum", sebuah inisiatif budaya yang tengah berlangsung di Museum Kambang Putih, Tuban, mulai 19 April hingga 31 Mei 2025.

Diselenggarakan setiap akhir pekan, “Suasapa di Museum” menghadirkan suasana berbeda dari biasanya. Ruang-ruang pamer yang dahulu terkesan formal kini dibuka untuk publik dengan pendekatan baru—lebih santai, terbuka, dan menyenangkan. Di sinilah sejarah lokal bersua dengan kopi spesialti, musik, percakapan hangat, dan beragam aktivitas komunitas. Program ini menjadi wujud nyata dari upaya mendekatkan masyarakat, terutama generasi muda, pada warisan budaya melalui cara yang akrab dan relevan dengan gaya hidup masa kini.

Sebagai bagian dari gerakan komunitas bernama The Weekenders, “Suasapa di Museum” lahir dari kegelisahan terhadap menurunnya minat terhadap budaya dan literasi sejarah, terutama di kota kecil. Firman Subekti, salah satu pendiri Karukku Group—payung bisnis dari TANNA kepada reporter Tubankab, Rabu (30/04) mengungkapkan bahwa melihat pendekatan kreatif diperlukan untuk menghidupkan kembali energi komunitas, khususnya dalam dunia kopi dan budaya lokal. Museum, yang selama ini terpinggirkan dari kehidupan sehari-hari, dipilih sebagai pusat kegiatan karena diyakini menyimpan banyak cerita yang layak disuarakan ulang dengan cara baru.

Dalam pelaksanaannya, TANNA tidak berjalan sendiri. Program ini dirancang sebagai ruang kolaborasi terbuka yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari brand lokal, komunitas kreatif, media, UMKM, cung nduk Tuban hingga Disbudporapar dan Museum Kambang Putih sendiri. Konsep keterlibatan multipihak ini dipercaya mampu memperkuat dampak sosial sekaligus mendorong pelestarian budaya secara berkelanjutan.

Kegiatan yang berlangsung setiap Sabtu atau Minggu ini menampilkan ragam showcase dan aktivasi seperti pameran fotografi, bincang santai seputar kopi dan sejarah, pop-up booth UMKM, serta penampilan seni dari talenta lokal. Tidak hanya memberi ruang ekspresi, kegiatan ini juga menjadi wadah promosi produk-produk lokal yang selama ini kurang mendapat sorotan di panggung utama.

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kabupaten Tuban, Mohammad Emawan Putra menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, “Suasapa di Museum” adalah bentuk praktik baik bagaimana museum bisa kembali relevan bagi masyarakat luas. Ia juga menyebut program ini sebagai contoh model kolaboratif yang dapat direplikasi di berbagai situs sejarah lainnya di Tuban.

Lebih dari sekadar rangkaian acara, “Suasapa di Museum” adalah upaya membangun kebiasaan baru—menjadikan akhir pekan sebagai momen eksplorasi budaya dan perjumpaan sosial yang bermakna. Dengan menghadirkan pengalaman yang dekat dengan keseharian, TANNA berupaya membangkitkan kembali kecintaan terhadap sejarah, memperkuat identitas lokal, serta membuka jalan bagi kota kecil untuk tampil percaya diri di tengah geliat industri kreatif nasional.

Firman Subekti berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini. Ia membayangkan “Suasapa di Museum” bisa menjadi pemantik gerakan yang lebih luas, karena museum dan ruang publik lainnya kembali menjadi bagian aktif dalam denyut kehidupan kota kecil. Melalui TANNA, ia ingin membuktikan bahwa dari kota kecil pun, lahir ide-ide besar yang mampu membangun jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. (dadang bs/hei)

comments powered by Disqus